Analisis Overlay dalam Sistem Informasi Geografis

Ingin lebih paham analisis overlay atau tumpangsusun peta dalam Sistem Informasi Geografis? Kami jelaskan lengkap di tulisan ini.

Analisis overlay atau tumpang susun peta merupakan teknik analisis spasial yang paling sering dipakai dalam analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). Hal ini dikarenakan teknik ini merupakan teknik yang cukup sederhana, yaitu dengan mengkombinasikan informasi dari  dua peta atau lebih.

Analisis overlay merupakan satu dari banyak analisis spasial. Analisis ini dapat diterapkan pada data vektor maupun raster.

Beberapa analisis spasial yang dilakukan menggunakan SIG adalah:

Definisi analisis overlay

Analisis overlay adalah adalah suatu proses dalam sistem informasi geografis (SIG) untuk perolehan informasi baru dengan menumpuk atau menumpang-susunkan informasi dari dua peta atau dua data spasial atau lebih.

Analisis overlay biasanya merupakan proses tumpang susun peta tematik. Meskipun peta atau data spasial dasar juga bisa terlibat dalam analisis ini, tetapi proses tumpang susun pada peta tematik atau informasi geospasial tematik lebih jamak dilakukan.

Analisis ini mengolah informasi dari peta dengan beberapa logika, yaitu menggunakan matriks dua dimensi, pendekatan kuantitatif binary, pendekatan kuantitatif berjenjang, dan pendekatan kuantitatif berjenjangbertimbang.

Setiap metode memiliki tingkat kerumitan yang berbeda dengan kesesuaiannya pada skala dan tingkat kedetilan tertentu.

Analisis overlay dalam SIG
Analisis overlay dalam SIG. Sumber: Tegou, dkk (2007)

Jenis-jenis analisis overlay

Berdasarkan logika analisis, overlay ini mengolah informasi dari peta dengan beberapa logika, yaitu

  • menggunakan matriks dua dimensi,
  • pendekatan kuantitatif binary,
  • pendekatan kuantitatif berjenjang,
  • pendekatan kuantitatif berjenjang bertimbang.

Metode Matriks Dua Dimensi

Metode matriks dua dimensi memanfaatkan dua informasi dari dua peta yang berbeda.

Analisis tumpangsusun dilakukan berdasarkan adanya dua macam informasi yang tertuang dalam masing-masing poligon.

Metode ini hanya bisa melakukan analisis dengan melakukan tumpangsusun pada dua informasi dari dua peta saja.

BACA JUGA:  Network Analysis (Analisis Jaringan) dalam Sistem Informasi Geografis

Dalam suatu aplikasi SIG salah satu metode yang paling banyak digunakan adalah membandingkan antara dua peta tahun yang berbeda dengan tema yang sama.

Sehingga disini akan dapat diketahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara tahun pertama dan tahun kedua.

Hasil proses ini dapat digunakan untuk memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memilki klasifikasi yang sama agar perubahan bisa dipantau secara setara.      

Selain monitoring, aplikasi dengan proses ini dapat digunakan pula untuk tema yang berbeda, dengan maksud untuk mengetahui keadaan suatu wilayah berdasarkan informasi dua tema yang berbeda, seperti luas penggunaan lahan dalam satuan wilayah administrasi, dan lain – lain.

Pendekatan Kuantitatif Binary

Analisis overlay dengan pendekatan kuantitatif binary merupakan suatu pendekatan melalui kuantitas pada setiap jenis obyek kajian yang didasarkan pada logika biner, yaitu adanya dua  kemungkinan data yang bisa muncul, yaitu 1 dan 0 yang mewakili informasi ya dan tidak.

Contoh analisis menggunakan pendekatan ini adalah kesesuaian lahan untuk permukiman. 

Kesesuaian lahan untuk permukiman ini menggunakan bebrapa parameter, yaitu kemiringan lereng, bentuklahan dan tingkat kerawanan terhadap bencana.

Informasi pada setiap parameter didefinisikan menjadi dua kemungkinan, yaitu sesuai dan tidak sesuai.

Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan meng-overlay-kan unsur-unsur penentu kesesuaian lahannya.

Misalkan dalam penentuan kesesuaian lahan permukiman, unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak adalah berupa 3 unsur peta dasar yaitu : 1) lereng, 2) bentuk lahan, 3) kerawanan bencana.

Secara mutlak lahan yang dianggap sesuai bilamana memiliki kriteria:

  • kemiringan lereng lebih kecil dari 30%
  • bentuk lahan selain V1, V2 dan V3
  • tidak rawan bencana

Kriteria tersebut bersifat mutlak, bilamana tidak memenuhi salah satu persyaratan tersebut maka lahan tersebut dianggap tidak sesuai.

Tumpangsusun dilakukan dengan membangun logika bahwa daerah yang sesuai adalah daerah yang meimiliki informasi kesesuian pada ketiga parameter.

BACA JUGA:  Pengalaman Mengikuti Google Earth Engine Workshop Indonesia 2019

Jika ada salah satu saja parameter yang tidak sesuai, maka daerah tersebut akan dianggap tidak sesuai.

Hal yang cukup penting diperhatikan dalam pendekatan ini adalah menentukan parameter yang berhubungan dengan kesesuaian lahannya dan juga mendefinisikan informasi menjadi dua kemungkinan (sesuai dan tidak sesuai).

Dengan logika seperti ini, pendekatan kuantitatif binary hanya cocok untuk analisis dalam skala kecil dengan tingkat kedetilan informasi yang rendah.

Penggunaan pendekatan ini untuk skala yang lebih besar dan detil akan mempengaruhi terhadap keakuratan hasil pemetaan.

analisis overlay adalah

Pendekatan Kuantitatif Berjenjang

Analisis overlay dengan pendekatan kuantitatif berjenjang menganggap setiap unit dalam satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap penentuan hasil dari modelnya.

Di sini komponen tema peta pengaruh bersifat sama atau setara kontribusinya.

Pendekatan kuantitatif berjenjang mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif binary.

Pendekatan ini mampu melibatkan informasi menjadi sebuah data ordinal yang bisa dirinci menjadi tingkatan tertentu.

Berbeda dengan pendekatan kuantitatif binary, informasi pada setiap parameter dirinci menjadi tingkatan tertentu.

Hal ini membuat analisis ini menjadi lebih rumit dan lebih teliti daripada pendekatan yang pertama.

Untuk itulah pengaruh komponen brainware menjadi lebih penting, karena harus mampu menentukan tingkatan data sesuai dengan range data yang ada.

Pendekatan ini sesuai dilakukan untuk skala menengah dengan informasi yang semi detil.

Contoh aplikasi yang menggunakan pendekatan ini misalnya adalah pemodelan spasial pengelolaan jalan raya.

Model ini menganggap bahwa kondisi fisik jalan banyak dipengaruhi oleh 4 komponen yang setimbang yaitu lereng, tekstur tanah, drainase, dan volume lalulintas harian.

Sedangkan tiap komponen memiliki unsur (atau kelas) yang memiliki kontribusi terhadap hasil yang berjenjang 1 hingga 5.

Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang

Dalam analisis overlay denganpendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang, setiap unit dalam satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap penentuan hasil dari modelnya.

Di sini perbedaan dengan kuantitatif berjenjang adalah tiap tema memiliki kontribusi yang berbeda sehingga harus dibuat bobot sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap hasil.

BACA JUGA:  Sejarah dan Perkembangan Kartografi dan Peta: Dulu, Kini, Nanti

Pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang merupakan pendekatan yang paling rumit sekaligus paling teliti.

Kerumitan tersebut disebabkan karena pada pendekatan ini, informasi yang ada merupakan parameter yang memberikan pengaruh berbeda terhadap hasil akhir analisis yang dilakukan.

Hal ini menyebabkan adanya sebuah keharusan melakukan pembobotan untuk setiap parameter yang dimaksudkan.

Perbaikan ketelitian merupakan dampak adanya analisis terhadap besarnya pengaruh suatu parameter terhadap hasil akhir.

Contoh dari proses ini adalah pembuatan model peta lahan kritis Kabupaten Sleman. Pembuatan ini melibatkan parameter fisik seperti kemiringan lereng, batuan, erosi, produktivitas dan manajemen lahan.

Selain melakukan pengharkatan, harus dilakukan adanya pembobotan berdasarkan besar pengaruh setiap parameter.

Pendekatan ini memiliki tingkat kerumitan dan tingkat keterikutcampuran operator yang tinggi dan hasil yang lebih akurat.

Pendekatan ini sesuai untuk skala yang detil atau untuk pengolahan aspek yang dipengaruhi oleh banyak parameter dengan pengaruh yang berbeda-beda.

Perembetan kesalahan

Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis overlay adalah adanya perembetan kesalahan.

Kesalahan dalam pembuatan parameter dan juga kualitas data akan menimbulkan perembetan kesalahan yang akan semakin besar dan terakumulasi pada proses dan hasil akhir.

Kesimpulan

Analisis overlay merupakan suatu proses yang perolehan informasi baru dengan mengkombinasikan informasi dari dua peta atau lebih.

Analisis overlay terdiri atas beberapa metode yaitu dengan menggunakan:

  • matriks dua dimensi,
  • pendekatan binary,
  • pendekatan kuantitatif berjenjang
  • pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang.

Pemilihan penggunaan pendekatan tertentu dalam teknik overlay dilakukan melakukan pertimbangan terhadap skala daerah yang dipetakan, kedetilan informasi, kerumitan aspek yang dipetakan dan banyaknya parameter yang berpengaruh serta besar pengaruhnya.

Pemilihan parameter beserta tingkat pengaruhnya sangat dipengaruhi oleh kemampuan komponen brainware, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi hasil akhir.

Kesalahan dalam pembuatan parameter dan juga kualitas data akan menimbulkan perembetan kesalahan yang akan semakin besar dan terakumulasi pada proses dan hasil akhir.

About The Author

2 thoughts on “Analisis Overlay dalam Sistem Informasi Geografis”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top